Akhir-akhir ini seringkali saya melihat rekan-rekan purna praja STPDN/IPDN yang meng-upload foto-foto terkini baik itu di facebook atau pun di grup-grup BBM atau Whats up. Menariknya, semua telah memiliki kemajuan yang signifikan terutama untuk ukuran badannya (sepertinya berat badannya pun bisa dipastikan ikut naik juga hehehe).
Hanya sebagian kecil atau bisa dikatakan beberapa orang saja yang masih seperti yang dulu (mirip lagu), sebagian besar mengalami kemakmuran (baca: agak gendut) termasuk saya (hehehe). Bahkan ada yang dulunya terbilang kurus namun kini berubah drastis menjadi super chubby!.
Kemudian saya jadi bertanya-tanya, mengapa ini bisa terjadi?
Ada beberapa pemikiran yang menyebabkan purna praja memiliki kecenderungan obesitas atau kelebihan berat badan dan ternyata terkait dengan kehidupan masa lalu sebagai seorang praja.
Kebiasaan Makan Super Cepat
Kebiasaan makan praja memang super cepat, bukan hitungan waktu tapi hitungan matematis, 1… 2… 3… selesai. Menghabiskan setangkup roti tawar, praja memiliki kecepatan yang sungguh menakjubkan, hanya sekedipan mata, remas, gigit, telan dan dorong dengan air minum. Begitu pula kecepatan makan nasi, hanya beberapa hitungan pun selesai.
Bila kecepatan makan seperti ini terus berlanjut sampai purna praja memang akan menjadi kelebihan tersendiri, kita tak banyak habis waktu di meja makan. Tetapi yang harus diperhatikan, ketika praja semua makanan sudah dijatah menurut porsinya masing-masing sehingga apabila jatah kita habis kita tidak bisa nambah lagi.
Lain halnya ketika purna praja atau saat ini. Dengan kecepatan makan super cepat dan kondisi meja makan yang memang penuh makanan menjadi kelemahan bagi kita. Kecepatan makan yang super cepat menjadikan perut kita lambat merespon kenyang, berapapun yang kita masukkan ke dalam perut akan terasa kurang dan kurang. Padahal sebenarnya perut kita sudah kenyang, apalagi bila teman makan kita memang makan lambat, ketika sama-sama selesai maka porsi kita tanpa disadari 3 kali lipat dari porsi orang lain. Bila seperti ini wajar saja jika sekarang mengalami kegemukan, porsi makan kita jauh lebih banyak ketimbang waktu praja.
Untuk itu, mulailah memperlahan makan, agar perut menjadi lebih peka dan sinyal kenyang bisa diterima otak lebih baik lagi. Apalagi bila kita bisa menerapkan prinsip ‘makanlah setelah lapar dan berhenti makan sebelum kenyang’, saya bisa pastikan Anda mendapatkan perut praja Anda yang dulu (he he he).
Olahraga Teratur
Tiada waktu tanpa olah raga, itulah semboyan praja. Pagi aerobik, setelah makan siang lari siang, sore ada lari sore, bahkan malam pun tak jarang lari malam. Belum lagi ditambah bila mendapat hukuman, bisa-bisa sampai subuh masih olah raga.
Itu waktu praja. Sekarang?
Berapa lama waktu yang Anda habiskan untuk berolah raga dalam 1 hari? atau 1 minggu? atau 1 bulan? atau bahkan kita memang sudah tak pernah olah raga lagi. Jadi wajar bila purna praja mengalami kecenderungan obesitas. Tak sempat lagi berolah raga.
Untuk itu, mari sama-sama kita bangkitkan kembali semangat olah raga semasa praja. Paling tidak 15 menit setiap pagi kita jalan (jogging) atau bersepeda. Kemudian bisa ditingkatkan dengan rutinitas olah raga lain, misal futsal, sepak bola, fitnes atau lainnya. Bila tidak hobi jalan atau sepeda bisa juga dengan berkebun atau mencuci motor dan mobil setiap pagi (he he he)
Rutinitas Harian yang Padat
Keseharian praja begitu padat dengan rutinitas, mulai dari aerobik, kuliah, kegiatan ekstrakulikuler, kegiatan malam dan lain-lain. Hampir 18 – 20 jam waktu praja dipakai mengisi kegiatan tersebut, hanya 4 sampai 5 jam yang digunakan untuk tidur/istirahat. Bahkan muda praja tak ada tidur siang, bila tidak ada kegiatan siang maka muda praja pasti lari siang.
Ketika purna praja semua itu berakhir. Waktu banyak dihabiskan dibelakang meja di depan laptop atau komputer. Di dunia kerja, purna praja banyak menghabiskan waktu dengan aktifitas non fisik, bahkan banyak yang diantaranya yang besar jempol karena sibuk bbm (hehehe).
Perbedaan rutinitas harian ini juga sebagai salah satu pemicu obesitas.
Marilah mulai mengisi rutinitas harian kita dengan terus bergerak, bisa dengan mondar mandir di ruangan, ke depan kantor atau bisa juga seminggu sekali lari siang pakai PDH ajak rekan-rekannya (hehehe).